Our Exlusive Blog

Ada Beberapa Pilihan Yang Baik Untuk Anda, Silahkan Menentukan Pilihan Yang Terbaik..

Main Posts Background Image

Main Posts Background Image
etelah masuk kamar calon pengantin wanita tidak diperbolehkan lagi keluar dari kamar sampai calon suaminya menjemput. Pada saat acara penjemputan, ....

Rangkaian Prosesi Pernikahan Adat Bali.




Pernikahan adat bali sangat diwarnai dengan pengagungan kepada Tuhan sang pencipta, semua tahapan pernikahan dilakukan di rumah mempelai pria, karena masyarakat Bali memberlakukan sistem patriarki, sehingga dalam pelaksanan upacara perkawinan semua biaya yang dikeluarkan untuk hajatan tersebut menjadi tanggung jawab pihak keluarga laki – laki. hal ini berbeda dengan adat pernikahan jawa yang semua proses pernikahannya dilakukan di rumah mempelai wanita. Pengantin wanita akan diantarkan kembali pulang ke rumahnya untuk meminta izin kepada orang tua agar bisa tinggal bersama suami beberapa hari setelah upacara pernikahan.



Dalam setiap pelaksanaan upacara perkawinan Hindu, tidak mengabaikan adat yang telah ada dalam masyarakat, karena umat Hindu selain berpedoman pada Kitab Weda, juga berpedoman pada Śmrti dan hukum Hindu yang berdasar- kan pada kebiasaan yang telah dilakukan secara turun temurun disuatu tempatyang disebut Acara.



Dengan melakukan upacara yang dilandasi kitab suci Weda dan mengikuti tata cara adat yang telah berlaku turun temurun, maka akan mendapatkan kebahagiaan di dunia ini (jagaditha) dan kebahagiaan yang abadi (Moksa).



TATACARA PERKAWINAN MEMADIK/ MEMINANG


1. MENCARI HARI BAIK/ MEDEWASA AYU



Mencari hari baik (dewasa) biasanya dilakukan oleh pihak pengantin pria, dengan cara minta petunjuk kepada seorang Sulinggih atau seseorang yang sudah biasa memberikan dewasa (nibakang padewasaan). Adapun dewasa yang diminta biasanya berurutan sesuai dengan acara-acara dalam pelaksanaan upacara perkawinan, antara lain: dewasa pangenten (pemberitahuan), dewasa mererasan (meminang/mapadik), dewasa penjemputan calon pengantin wanita dan dewasa pawiwahan

2. PEMBERITAHUAN




Pada hari ini orang tua calon pengantin pria datang ke rumah calon pengantin wanita bertemu dengan orang tuanya untuk bermusyawarah mengenai tujuan dari kedua calon pengantin serta meminta persetujuan kepada orang tua calon pengantin wanita tentang hari baik (padewasan sesuai dengan tahapan acara perkawinan), seperti mengumumkan kepada keluarga besar di masing-masing kedua keluarga calon pengantin dan mengumpulkan keluarga besarnya untuk bisa menyampaikan tentang tujuan keluarga calon pengantin serta memohon bantuannya baik bersifat phisik maupun material.

3. MEMINANG/MEMADIK



Pada hari ini keluarga besar dari pihak calon pengantin pria datang ke rumah calon pengatin wanita untuk meminang. Pada saat melamar, kadang-kadang masing-masing keluarga calon pengantin mengungkap atau memaparkan silsilah keluarga. Pada saat melamar pihak keluarga atau wakil keluarga dari calon pengantin laki-laki biasanya mempersiapkan wakil keluarga yang akan menyampaikan silsilah keluarga, jika pihak keluarga pengantin wanita menanyakan tentang silsilah keluarga calon pengantin laki-laki. Mengungkap silsilah keluarga berguna untuk menghindari adanya hubungan sedarah antara calon pengantin laki-laki dan calon pengantin wanita, sehingga apabila hal itu terjadi pernikahan tersebut dapat dicegah sebelum dilangsungkannya upacara pernikahan.

Acara memadik menggunakan upakara. Adapun upakara yang dibawa pada waktu memadik (meminang), antara lain:
  1. Pejati, sebagai upakara pesaksi untuk dihaturkan di pemerajan calon pengantin perempuan

  2. Canang pangraos, ditambah dengan segehan putih kuning asoroh.

  3. Pagemelan (rarapan) atau saserahan.


Jenis dan jumlah saserahan ini tergantung pada kesiapan, keseriusan, dan ketulusan keluarga calon pengantin laki-laki. Seserahan dapat berupa berbagai macam kue, buah-buahan, Pakaian sembahyang (pasaluk), dan alat sembahyang.

4. UPACARA NGEKEB



Acara ini bertujuan untuk mempersiap- kan calon pengantin wanita dari kehidup- an remaja menjadi seorang istri dan ibu rumah tangga. Dengan cara : Pada sore hari (sehari sebelum acara boyongan/ penjemputan penganten wanita), seluruh tubuh calon pengantin wanita diberi luluran yang terbuat dari daun merak, kunyit, bunga kenanga, dan beras yang telah dihaluskan. Sesudah acara mandi dan keramas selesai, dilanjutkan upacara di dalam kamar pengantin. Sebelumnya dalam kamar itu telah disediakan sesajen. Setelah masuk kamar calon pengantin wanita tidak diperbolehkan lagi keluar dari kamar sampai calon suaminya menjemput. Pada saat acara penjemputan, seluruh tubuh pengantin wanita mulai dari ujung kaki sampai kepala ditutupi selembar kain kuning tipis. Hal ini sebagai perlambang bahwa pengantin wanita telah bersedia mengubur masa lalunya sebagai remaja dan kini telah siap menjalani kehidupan baru bersama pasangan hidupnya.

5. PENJEMPUTAN CALON PENGANTIN WANITA



Apabila calon pengantin wanita tidak diboyong pada saat memadik, maka acara berikutnya adalah penjemputan calon pengantin wanita oleh calon pengantin pria. Pada hari ini calon pengantin pria diikuti oleh anggota keluarga beserta unsur-unsur prajuru seperti ketua adat, dan sesepuh datang ke rumah keluarga calon pengantin wanita untuk menjemput calon pengantin wanita. Pada hari ini umumnya pihak calon pengantin pria membawa upakara berupa:
  1. Upakara mamerasan berupa: (1) Pejati asoroh, (2) Canang burat mangi lengawangi, (3) Segehan putih kuning asoroh, dan (4) Canang Pangerawos

  2. Sarana sebagai Penukar Air Susu dan alas rare (aled rare) berupa: (1) Basan buat, (2) Kain saparadeg, (3) Gelang, kalung, pupuk, dan (4) Handuk.

  3. Upakara Pengungkab Lawang (jika dilakukan) berupa: (1) Pejati dan suci alit, (2) Peras pengambean, (3) Caru ayam brumbun asoroh, (4) Bayekawonan , (5) Prayascita, (6) Pangulapan, (7) Segehan panca warna, (8) Segehan seliwah atanding, dan (9) Segehan agung.


Pengungkab lawang merupakan acara untuk mempertemukan pertama kali calon pengantin pria dengan calon pengantin wanita. Ngungkab lawang dilakukan pada upacara perkawinan tingkat utama (Meminang/ memadik).



Tujuan dari acara ngungkab lawang adalah untuk menghormati keluarga calon pengantin wanita oleh keluarga calon pengantin pria sehingga hubungan kedua calon pengantin akan semakin harmonis, selaras dan serasi.



Kemudian calon pengantin wanita dituntun oleh orang tuanya keluar rumah membuka pintu, kedua calon penganten saling mendekat, Kira-kira berjarak 3 meter, ke duanya saling lempar sebundel daun betel berisi jeruk purut didalamnya, yang di-ikat dengan benang putih. Daun betel mempunyai kekuatan untuk tolak bala dari gangguan buruk. Dengan saling melempar daun betel satu sama lain, membuktikan bahwa mereka benar-benar manusia sejati, bukan setan atau orang lain yang menyerupai / menganggap dirinya sebagai pengantin laki-laki atau perempuan. (daun betel dan jeruk dapat diganti daun sirih dan buah pinang)



Setelah itu orang tua mempelai wanita membimbing tangan kanan calon mempelai wanita serta mengambil tangan kanan calon mempelai pria, dan kedua tangan pananmempelai saling digenggamkan dengan doa sebagai berikut :




DOA MENYERAHKAN CALON MEMPELAI WANITA oleh ORANG TUA MEMPELAI WANITA




Om suddhah puta yosito yajniya ima.

Brahmanam hastesu pra prthak sadayami ( Atharwaweda XI.I.27)



Om sumangalir iyam vadhur

Imam sameta pasyata

Saubhagyam asyai dattvaya

Athastam vi paretana ( Rgweda X.85.33)



Artinya :



Atas Restu Hyang Widdhi. Kami berikan gadis yang murni, yang berbudi luhur dan yang suci ini kepada Orang Bijak yang berpengetahuan tinggi.

Hyang Widdhi, Penganten Wanita ini sangat beruntung. Wahai penganten Pria yang lembut datanglah dan pandanglah dia. Berkatilah dia dengan keberuntungan dan berangkatlah kerumahmu.



DIJAWAB OLEH CALON MEMPELAI PRIA SBB :



Mameyam astu posya,

Mahyam tvadad brhaspatih,

Maya patya prajavati,

sam jiva saradah satam

atharvaveda xiv.1.52)



Artinya :

Engkau kekasihku, yang dianugrahkan Hyang Widdhi kepadaku, aku akan mendukung dan melindungimu. Semoga engkau hidup berbahagia bersama-ku dan anak keturunan kita sepanjang masa”.



Kemudian kedua mempelai mengkuti prosesi mebiyakala dan prayascita oleh Pinandita. Dilanjutkan dengan sumpah perkawinan, Kedua mempelai saling ber hadapan muka dan kedua tangan mem- pelai pria menggenggam kedua tangan mempelai wanita.

Sumpah Perkawinan


SMARA STAVA



(dibaca oleh penghulu nikah)




Om pranamya ta sang hyang smaram,

Prabodham asta kamas te,

Saha smara samara devi,

Misrosadhi suksma jnanam



Om stutis tribyandvana purve,

Mama kayo ’gneyasanam,

daksine janma yauvanam,

Dharmavata nairrtitah



Pascime ca, yauvana ca,

strimado vayavyam,

uttare maro rathas ca,

airsanyam tu bandhah sthitah.



Ity ete smara puja ca,

nara suranugrahas,

tirupam suruvam viryam,

prasiddhottama yauvanam.



Om om sang hyang smara deva puja ya namah svaha



UNTUK PENGANTIN PRIA UCAPKAN ( RigWeda X.85.36)



WAHAI MEMPELAI WANITA: (Sebut Namanya). DI HADAPAN HYANG WIDHI DAN PARA SAKSI, SAYA GENGGAM TANGANMU BAGI KEMAKMURAN. SEMOGA ENGKAU DAPAT MENJADI PENDAMPING HIDUP SAYA, SEBAGAI ISTRI, SAMPAI AKHIR HAYAT.


UNTUK PENGANTIN WANITA UCAPKAN (Atharwaweda XIV.2.63)


DIHADAPAN HYANG WIDHI DAN PARA SAKSI SAYA BERDOA SEMOGA ENGKAU; SUAMI SAYA: (Sebut Namanya) SEMOGA BERUSIA PANJANG DAN DAPAT HIDUP BERSAMA SAYA DENGAN PENUH SETIA SAMPAI AKHIR HAYAT


KEMUDIAN PENGHULU MEMBACAKAN MANTRA BERIKUT :



Samrajni svasure bhava,

samrajni svasrvam bhava,

nanandari samrajni bhava,

samrajni adhi

devrsu.
(Rgveda x.85.46)



Yantri rad yantri asi yamani,

dhruva- asi dharitri.

(Yajurveda XIV.22)



Virasup devakama syona,

sam no bhava dvipade,

Sam catuspade.

(Rgveda X.85.43)



Agne sardha mahate saubhagaya,

tava dyumnani-uttamani santu

(Rgweda V.28.3)



Anvarabhetham anusam rabhetam,

atam lokam srad-dadhanah sacante

(Atharwaweda VI.122.3)



Hasamudau mahasa modamanau

(Atharwaweda XIV.2.43)



Artinya:



Wahai mempelai wanita, jadilah nyonya rumah tangga yang sesungguhnya, dampingilah (dengan baik) ayah ibu mertuamu, dampingilah (dengan baik) saudara saudari iparmu.



Wahai mempelai wanita, jadilah pengawas keluarga yang cemerlang, tegakkanlah aturan keluarga, dan jadilah penopang keluarga.



Wahai mempelai wanita, lahirkanlah keturunan yang cerdas, gagah, dan berani, Bersembahyanglah selalu kepada Hyang Widdhi, jadilah insan yang ramah dan menyenangkan kepada semua orang, dan peliharalah dengan baik hewan peliharaan ( harta benda) keluarga”.



Wahai orang yang mulia (mempelai pria), berusahalah dengan keras untuk kemakmuran yang besar, semoga ke - masyuran dan rejekimu menjadi unggul



Wahai pasangan suami isteri, tekunlah bekerja dan tetaplah berkarya, hanya orang-orang yang bersungguh-sungguh berhasil di dunia ini.



Wahai pasangan suami isteri , bersenang hatilah dengan kegiatan usahamu dan jalanilah hidup dengan riang gembira



Kemudian dilanjutkan dengan penanda-tanganan surat-surat nikah oleh kedua mempelai dan saksi-saksi. Setelah surat-surat nikah selesai ditandatangani, acara selanjutnya adalah Nasehat Perkawinan yang diberikan oleh : Ketua Adat, PHDI, dan Keluarga kedua mempelai.

Setelah nasehat perkawinan selesai, dilanjutkan dengan doa Syukur bahwa acara pernikahan dapat terlaksana dengan baik. Dimohonkan kepada semua hadirin mengucapkan doa sebagai berikut :




DOA BERSAMA NIKAH


(dipimpin oleh penghulu/Juru Nikah)




Om ihena vindra sam nuda cakravakeva dampati. (Atharwaweda XIV. 2.64)



Om sam jaspatyam suyamam astu devah (Rgveda X. 85. 23)



Om asthuri no garhapatyani santu (Rgveda VI. 15. 19)



Om ihaiva stam ma vi yaustam,

visvam ayur vyasnutam,

kridantau putrair naptrbhih,

modamanau sve grhe (Rgveda X. 85. 42)



Om Abhi vardhatam payasa,

Abhi rastrena vardhatam,

Rayya sahasra varcasa,

Imau stam anupaksitau.(Atharwaweda VI.78.2)




Artinya :



Hyang Widdhi, Persatukanlah kedua mempelai ini bagaikan angsa cakravakewa yang tidak pernah berpisah dengan pasangannya.



Hyang Widdhi, Semoga kehidupan pernikahan ini tenteram dan bahagia.



Hyang Widdhi, Semoga hubungan suami-istri ini tidak pernah putus dan dapat berlangsung selamanya.



Semoga pasangan suami-istri ini tetap erat dan tak pernah terpisahkan, mencapai kehidupan yang penuh kebahagiaan, tinggal di rumah dengan hati gembira, dan bersama bermain dengan anak-anak dan cucu-cucu”



Hyang Widdhi, semoga pasangan suami istri ini menjadi makmur, bersama dengan kemajuan dan kemakmuran nasional, semoga mereka dikaruniai rejeki yang besar dan tidak habis-habisnya dan tumbuh selamanya.



Setelah acara seremonial nikah selesai, Acara dilanjutkan di Pemerajan untuk melakukan persembahyangan memohon doa restu dari Sang Hyang Guru dan para leluhur pihak pengantin wanita. Selesai sembahyang dilanjutkan dengan sembah sungkem kepada kedua orang tua calon pengantin wanita untuk mohon doa restu. Sembahyang di pemerajan merupakan mohon doa restu secara niskala kepada leluhur, sedangkan secara sakala adalah mohon doa restu dari kedua orang tua.

URUT-URUTAN CARA MERANGKAT/ NGEROROD





Pernikahan secara Ngerorod/Merangkat, seluruh ritual dan administrasi Nikahnya dilakukan dipihak mempelai Pria. Adapun urut-urutannya sbb :



DIRUMAH MEMPELAI PRIA



Sesampai di depan pintu gerbang rumah calon pengantin pria. Kedua mempelai diberikan segehan putih kuning, sebagai sarana penetralisir kekuatan yang bersifat negatif, karena kedua calon pengantin secara spiritual adalah dalam kekuasaan kama (diliputi nafsu). Adapun doa/ syair yang dibacakan ( baik secara Memadik maupun Ngerorod) sebagai berikut :


DOA PENYAMBUTAN MEMPELAI WANITA


Dilakukan di rumah calon pengantin pria.

Tetap sadar, sebagai wanita yang pintar dan waspada, Menikmati hidup yang penuh selama seratus tahun. Masukilah rumah ini sebagai ratu yang ideal, Semoga Hyang Widdhi menganugrahi engkau usia panjang. (Atharwa Weda XIV.2.75)



Kemudian kedua mempelai diantar ke depan dapur untuk melaksanakan penyucian kecil, yaitu diperciki tirta pabayekaonan, maprayascita dan terakhir ngayab upakara peras pengambean dan dapetan. Maksud penyucian ini adalah penyucian pertama dari sebel kandelan pengantin karena menempuh cara ngerorod/merangkat.



6. UPACARA PERKAWINAN (WIWAHA SAMKARA) DIRUMAH PENGANTIN PRIA



a.Upacara makala-kalaan/sarira samkara



Upacara makala-kalaan bertujuan untuk membentengi kehidupan perkawinan dari gangguan Bhutakala. Upacara ini dituju-kan kepada bhūtakala, semacam pemberi- tahuan kepada para bhutakala bahwa kedua mempelai telah secara sah terikat dalam perkawinan dan jangan meng-ganggu kehidupan perkawinan mereka.
Upacara makala-kalaan juga disebut upacara bhūta saksi atau pertiwi saksi.
Selain itu tujuan dari upacara makala-kalaan adalah untuk menghilangkan dan sekaligus menyucikan kedua pengantin dari segala mala atau menyucikan sukla dan swanita.



Dalam pelaksanaan upacara makala-kala an digunakan beberapa uparengga. Uparengga yang dipergunakan pada upacara makala-kalaan memiliki fungsi sebagai bahasa isyarat dan symbol yang mengandung nilai-nilai filsafat/tattwa yang sangat tinggi dan dalam. Adapun uparengga yang dipergunakan adalah:


1. Sanggah Surya /Api suci

2. Kalabang Kala Nareswari (Kala Badeg),

3. Tikeh dadakan (tikeh kecil),

4. Benang putih,

5. Tegen-tegenan,

6. Suhun-suhunan (sarana junjungan),

7. Sapu lidi tiga katih ,

8. Sambuk (serabut) kupakan,

9. Kulkul berisi berem

10.Tetimpung



Dalam rangkaian upacara makala-kalaan ada sarana yang dipergunakan yaitu tetimpug yang dibuat dari tiga buah potong bambu yang masing-masing ada ruasnya, yaitu lima ruas atau tujuh ruas.



Ketiga potong bambu ini diikat jadi satu kemudian dibakar di atas tungku bata yang dibuat pada saat upacara makala-kalaan. Makna yang terkandung adalah secara niskala memanggil para bhūta kala bahwa upacara segera dimulai.



Kedua pengantin menghadapi upakara dengan posisi duduk. Pengantin wanita berada di sebelah kiri pengantin pria, kemudian kedua penganten natab banten bayakawonan, dan maprayascita sebagai pembersihan. Selesai natab biyakaonan dan prayascita kedua pengantin menuju ke tempat mategen-tegenan



b. Metegen-tegenan dan suun-suunan



Penganten pria memikul tegen-tegenan. Pengantin wanita menjunjung suhun-suhunan, sambil membawa sapu lidi tiga biji, keduanya berjalan mengelilingi sanggah surya ( bisa juga Api suci/Agni horta) ke arah purwa daksina (arah jarum jam). Posisi penganten pria di depan dan penganten wanita dibelakang kedua sabuk saling diikatkan kuat-kuat,. Pada tujuh langkah pertama ( Saptapadi ), Kedua Pengantin berjalan tujuh langkah bersama untuk menandai awal perjalanan mereka melalui kehidupan bersama. Setiap langkah merupakan sumpah perkawinan:



Tujuh langkah bersama


(SAPTAPADI)


Langkah :


  1. Hyang Widdhi kami suami isteri akan saling menghargai dan menghormati satu sama lain.


  2. Hyang Widdhi kami suami-isteri akan selalu setia dan saling percaya satu sama lain.


  3. Hyang Widdhi, kami suami isteri akan saling berbagi dalam suka maupun duka dan saling mendukung dalam suka dan duka.


  4. Hyang Widdhi kami suami-isteri akan merawat dan mendidik anak-anak kami dengan nilai-nilai Dharma , selalu hormat kepada orang tua, ayah-ibu mertua, saudaraa saudara ipar dan kerabat.


  5. Hyang Widdhi kami suami-isteri akan mengikuti prinsip-prinsip Dharma dan melaksanakan kewajiban sebagai umat Hindu.


  6. Hyang Widdhi kami suami-isteri akan selalu memeilhara ikatan pernikahan ini dengan sungguh-sungguh, memelihara persahabatan dengan sahabat-sahabat kami, menghormati para guru, para dwijati dan para pemimpin.


  7. Hyang Widdhi, kami suami-isteri akan selalu menumbuhkan apresiasi terhadap Ilmu pengetahuan, nilai-nilai pengorbanan dan pelayanan.


Diteruskan dengan berkeliling sebanyak 7 kali. Pada setiap putaran, kedua mem- pelai menendang serabut kelapa belah tiga (kala sepetan) yang di dalam- nya berisi telor, dan diikat dengan benang tridhatu. Sebagai tekad bahwa kedua mempelai secara bersama-sama siap menyingkirkan segala cobaan yang dihadapi dalam kehidupan rumah tangganya kelak. Berkeliling sambil bersama sama mengucapkan doa sbb :



DOA MENGELILINGI SANGGAH SURYA / API SUCI


Penganten Pria : Bhs Sansekerta


Penganten Wanita : Bhs Indonesia




  1. Om Samanjantu waswe dewah,

    sam apo hrdayani nau (Rgweda. X.85.47)

    Semoga para dewa mempersatukan hati kami berdua

  2. Om sam jaspatyam suyamam astu dewah (RgWeda X.85.23)

    Semoga Hyang Widdhi memberi kebahagiaan dan ketentraman pada kehidupan pernikahan kami.

  3. Om prajam pustim bhukim asmasu dhattam (Rgweda VIII.59.7)

    Semoga Hyang Widdhi menganugrahkan anak cucu dan rejeki yang melimpah kepada kami.

  4. Om Sunrtawantah subhaga, irawanto hasamudah (Atharwaweda VII.60.6)

    Semoga Hyang Widdhi menganugrahi kami kemakmuran, kegembiraan dan memiliki rejeki yang melimpah.


  5. Om Yatra suhardah sukrto madanti, wihaya rogam tanwah swayah ( Atharwaweda I.120.3)

    Semoga kami bisa membuat rumah-rumah kami bagaikan sorga, dan orang-orang berpikiran mulia, saleh dan sehat bertempat tinggal dirumah kami dengan ring gembira.


  6. Om swasti matra-uta pitre no astu, swasti gobhyo jagate purusebhyah (atharwaweda I.31.4)

    Semoga ada kesejahteraan untuk orang tua kami, semoga semua sapi betina dan seluruh umat manausia berbahagia.


  7. Om payasca rasas ca annam ca, Annadyam srtah ca satyam ca

    Istam ca purtam ca,

    Praja ca pasawasi ca (Atharwaweda XII.5.10)

    Semoga terdapat susu, sari buah, makanan, beras , ketertiban, kebenaran, persembahan, perbuatan-perbuatan yang murah hati, anak-cucu dan kemakmuran dirumah tangga kami .


Setelah makala-kalaan serabut kelapa tersebut ditaruh di bawah tempat tidur pengantin.



c. Medagang-dagangan.



Pada saat madagang-dagangan penganten wanita duduk di atas serabut kelapa, mengadakan tawar menawar hingga terjadi transaksi antara pengantin pria dan pengantin wanita yang ditandai dengan penyerahan barang dagangan serta pem- bayarannya. Akhir dari medagang-dagang-an adalah merobek tikeh dadakan yang dipegang oleh pengantin wanita dengan kedua tangannya dan pengantin pria mengambil keris kemudian merobek tikeh dadakan tersebut yang diawali dengan menancapkan keris ke tikeh dadakan. dan dilanjutkan dengan mengambil tiga sarana kesuburan yaitu keladi, kunyit, dan andong, yang kemudian dibawa oleh kedua pengantin ke belakang sanggah kemulan untuk ditanam. Kemudian memutuskan benang yang kedua ujungnya diikatkan pada dua cabang pohon dapdap. Selesai memutus- kan benang kedua penganten kemudian mandi untuk membersihkan diri.



d. Mandi/ Angelus Wimoha

Mandi untuk membersihkan diri ini disebut ”angelus wimoha’, yang memiliki tujuan pembersihan secara lahiriah, dan nyomya kekuatan asuri sampad yang masih ada dalam diri kedua mempelai menjadi kekuatan Daiwi sampad atau nyomya kala bhūta nareswari menjadi Sang Hyang Smarajaya dan Smara Ratih.



Sehabis mandi kedua mempelai berganti pakaian, memakai pakaian kebesaran dan berhias untuk melakukan upacara dewa
saksi di sanggah pemerajan.

e. Upacara Widhi Widhana



Upacara widhi widhana/majaya-jaya dilakukan setelah selesai melaksanakan upacara makala-kalaan (Setelah mandi)



Rangkaian upacara widhi widhana /majaya-jaya ini diawali dengan puja yang dilakukan oleh sang pemuput upacara (Pandita/Pinandita). Setelah sang pemuput upacara selesai mapuja dilanjut- kan dengan persembahyangan yang dilakukan oleh kedua pengantin. Sebelum melakukan persembahyangan kedua pengantin diperciki tirta panglukatan dan dilanjutkan tirta prayascita.



Persembahyangan diawali dengan puja trisandya, kemudian dilanjutkan dengan panca sembah. Selesai sembahyang kedua pengantin diperciki tirtha pekuluh dari pemerajan atau pura-pura, dan dilanjutkan dengan memasang bija. Kemudian natab banten sesayut (sesayut nganten). Selesai natab banten sesayut, kedua pengantin diberikan tetebus (benang) dan dipasangkan karawista dan bija. Kemudian dilanjutkan dengan mengucapkan sumpah perkawinan oleh kedua mempelai dan penandatanganan surat-surat nikah oleh kedua mempelai dan saksi-saksi.Acara selanjutnya Nasehat Perkawinan : Oleh Ketua Adat, PHDI dan Keluarga kedua Mempelai.
Setelah semua berkas pernikahan ditanda
Tangani, dimohonkan kepada semua hadirin untuk mengucapkan doa Syukur bahwa pernikahan telah berlangsung secara lancer dan sah. Sumpah dan Doa Syukur perkawinan dengan cara ngerorod sama dengan sumpah dan doa yang diucapkan dalam perkawinan dengan cara Memadik/Meminang. Yang membedakan adalah tidak ada doa mengungkap lawang/Doa restu dari pihak mempelai wanita. .



F. Majauman



Majauman merupakan rangkaian terakhir upacara perkawinan umat Hindu etnis Bali. Majauman merupakan kunjungan resmi yang bersifat religius dari pihak pengantin pria ke rumah pengantin wanita yang dilakukan setelah upacara pernikahan selesai.



Majauman berasal dari kata ”jaum” di mana fungsi jaum atau jarum adalah untuk merajut atau menyatukan kembali, maka makna majauman dalam rangkaian upacara perkawinan adalah untuk menyatukan kembali dua buah keluarga yang bersitegang (biasanya karena salah satu pihak keluarga tidak merestui karena perbedaan soroh/wangsa/ kasta, sehingga diambil cara pernikahan ngerorod/ merangkat.



Majauman biasa-nya dilakukan apabila kedua penganten ngarorod/ merangkat. Arti mejauman adalah menyatukan kembali dua buah keluarga yang tadinya retak atau marah akibat anak gadisnya dilarikan oleh calon pengantin pria.



Majauman juga berarti memberitahukan kehadapan Hyang Guru dan para leluhur dipihak penganten wanita karena sebelum nya tidak sempat pamit, bahwa kedua pengantin telah menyatu dalam sebuah upacara perkawinan, serta mohon doa restu agar selalu melindungi perkawinan atau rumah tangga kedua pengantin, sehingga selalu dalam keadaan harmonis.




Kebiasaan pernikahan selama ini di Bali seluruhnya dilakukan di rumah mempelai Pria, karena pernikahannya dilakukan secara Ngerorod/Merangkat. Sehingga pihak mempelai wanita sangat pasif.



Di era yang makin maju, dimana per-nikahan antara kedua mempelai sudah mendapat restu kedua orang tua, sebaik-nya pernikahan dilakukan dengan cara meminang/memadik.



Tradisi merangkat/ ngerorod dijaman dahulu dilakukan untuk mensiasati kakunya sistem soroh/wangsa atau kasta. Pernikahan dengan system Ngerorod/ Merangkat sangat merugikan pihak wanita, Karena hak-hak keperdata-annya (perlindungan hukumnya sangat lemah).



Di jaman kini dimana pemahaman umat terhadap kitab Weda sudah semakin baik, dimana hak-hak wanita makin dihargai. Sebaiknya smara Stava dan administrasi nikah/Surat-surat Nikah nya dilakukan saat mempelai wanita mau diboyong ke rumah mempelai pria, dengan catatan : banten untuk biyakaon dan rayascita dibawa oleh pihak mempelai Pria.



Smara Stava dan Administrasi Nikah di-selesaikan dirumah mempelai Wanita, supaya mempelai wanita mempunyai kepastian hukum . Dalam hal ini acara ngungkab lawang diutamakan sehingga pada saat mempelai wanita meninggalkan rumah orang tuanya, secara niskala dan sekala sudah dalam keadaan bersih dan secara hukum keperdataan/hukum negara juga sudah terjamin. Dan sekaligus merupakan bentuk penghormatan pihak mempelai pria kepada pihak mempelai wanita dan keluarga besarnya.



Kidung-kidung yang dilantunkan disesuai kan dengan urut-urutan upacara. Kidung bisa diambil dari kekawin Ramayana saat Sri Rama meminang Dewi Sita, atau ke-kawin Arjuna wiwaha yang mengisahkan pernikahan Arjuna dengan bidadari dewi Supraba atau Kekawin Hariwangsa/ kekawin krsnayana yaitu pernikanan Sri Krsna dengan Dewi Rukmini yang saling mencintai tetapi tidak direstui oleh ayah mempelai wanita sehingga ditempuh cara kawin Ngerorod / Merangkat/kawin lari.



Dalam pernikahan model Krsnawiwaha, Sri Kresna meminta Dewi Rukmini sebagai kusir kereta, ini dimaksudkan bahwah mempelai wanita (Rukmini) bukan dilarikan oleh mempelai pria (Sri Krsna) tetapi Rukmini melarikan Sri Krsna. Peristiwa ini merupakan isyarat Sri Krsna kepada setiap keluarga bahwa isterilah yang mengatur/ menjalankan manajemen keluarga (Kusir),.dan suami sekuat tenaga dan pikiran memuluskan jalan dengan bekerja keras mencari artha.



Tatacara upacaranya di tunjukkan saat melakukan Saptapadi / saat mengelilingi sangah surya/Api suci, mempelai wanita berada didepan mempelai pria. yaitu selama 7 putaran mengelilingi Api suci/ Sanggah Surya mempelai wanita me mimpin dengan berada didepan, atau bisa juga 4 putaran wanita mempimpin dan 3 putaran pria yang memimpin atau sebaliknya.



Doa-doa/syair-syair weda yang penulis cantumkan ada yang memakai bahasa Indonesia saja tanpa mencantukan bahasa sansekerta, karena penulis masih mencari bahasa aslinya (Sansekerta). Apabila pembaca menemukan bahasa sansekerta-nya bisa ditambahkan dalam lampiran. Atau dikirimkan ke penulis. Dan juga kritik dan sarannya, sehingga dalam penerbitan yang akan datang dapat disempurnakan.



Peralatan Mekala-kalaan dan symbol upacara adat perkawinan Bali



Sanggah Surya/bambu melekung merupakan niyasa (simbol) istana Sang Hyang Widhi Wasa, ini merupa-kan istananya Dewa Surya. Sebagai saksi utama pernikahan. Di sebelah kanan digantungkan biyu lalung simbol kekuatan purusa dari Sang Hyang Widhi dan Sang Hyang Purusa ini bermanifestasi sebagai Sang Hyang Semara Jaya sebagai dewa kebajikan,ketampanan,kebijaksanaan, simbol pengantin pria, di sebelah kiri sanggah digantungkan sebuah kulkul berisi berem simbol kekuatan prakerti Sang Hyang Widhi ( Hyang Semara Ratih) dewi kecantikan serta kebijak- sanaan simbol pengantin wanita.



Kelabang Kala Nareswari ( Kala -Badeg) simbol calon pengantin yang diletakkan sebagai alas upacara mekala-kalaan serta diduduki oleh kedua calon pengantin.


Tikeh Dadakan (tikar kecil) Tikar yang diduduki oleh pengantin wanita sebagai simbol selaput dara (hymen) dari wanita. Kalau dipandang dari sudut spiritual, tikar adalah sebagai simbol kekuatan Prakerti ( yoni).


Keris sebagai kekuatan Purusa/ lingga. Biasanya nyungklit keris, dipandang dari sisi spritualnya sebagai lambang pengantin pria.


Benang Putih sepanjang setengah meter, terdiri dari 12 bilahan benang menjadi satu, serta pada kedua ujung benang masing-masing dikaitkan pada cabang pohon dapdap setinggi 30 cm. Angka 12 berarti simbol dari sebel 12 hari. Dengan mekala-kalaan otomatis sebel pengantin yang disebut sebel kandalan menjadi sirna dengan upacara penyucian tersebut. Dari segi spiritual benang ini sebagai simbol dari lapisan kehidupan, berarti sang pengantin telah siap untuk meningkat kan alam kehidupan Brahmacari Asrama menuju Grhasta Asrama.


Tegen – tegenan, merupakan simbol dari tanggung jawab sekala-niskala. Adapun Perangkat tegen-tegenan ini :
  1. Batang tebu : Kehidupan dijalani secara bertahap seperti tebu, ruas demi ruas, secara manis.



    Cangkul : simbol Ardha Candra. Cangkul sebagai alat bekerja, berkarma berdasarkan Dharma.

    Periuk simbol windhu.

    Buah kelapa simbol Brahman

    Seekor yuyu/kepiting simbol bahasa isyarat memohon keturunan dan kerahayuan.


  2. Suwun-suwunan (sarana jinjingan) Berupa bakul yang dijinjing oleh mempelai wanita yang berisi: talas, kunir, beras dan bumbu-bumbuan melambangkan tugas wanita atau istri mengembangkan benih dari suami, dan diharapkan seperti pohon kunir dan talas yang berasal dari bibit yang kecil berkembang menjadi besar.

  3. Dagang-dagangan melambangkan kesepakatan dari suami istri untuk membangun rumah tangga dan siap menanggung segala resiko yang timbul akibat perkawinan tersebut.

  4. Sapu lidi (3 lebih). Simbol Tri Kaya Parisudha. Pengantin pria dan wanita saling mencermati satu sama lain, isyarat saling memperingatkan serta saling memacu agar selalu ingat dengan kewajiban melaksanakan Tri Rna berdasarkan ucapan, prilaku dan pikiran yang baik. Disamping itu memperingatkan agar tabah menghadapi cobaan dalam menjalani kehidupan berumah tangga.

  5. Sambuk Kupakan (serabut kelapa). Serabut kelapa dibelah tiga, di dalamnya diisi sebutir telor bebek, kemudian dicakup kembali di luarnya diikat dengan benang berwarna tiga (tri datu). Serabut kelapa berbelah tiga simbol dari Triguna (satwam, rajas, tamas). Benang Tridatu simbol Tri Murti mengisyaratkan kesucian. Telor bebek simbol manik. Kedua Mempelai saling tendang serabut kelapa sebanyak tiga kali, setelah itu serabut tsb. diduduki oleh pengantin wanita. Ini mengandung pengertian Apabila mengalami perselisihan agar bisa saling mengalah, dan selalu ingat dengan penyucian diril Selesai upacara, serabut kalapa ini diletakkan di bawah tempat tidur mempelai.

  6. Tetimpug adalah bambu tiga batang yang dibakar dengan api dayuh yang bertujuan memohon penyupatan dariSang Hyang Brahma
    èMatur suksmeç




Sebagai bahan perbandingan, berikut di sertakan urut-urutan gending Jawa dalam Resepsi pernikahan adat Jawa :

  1. Pengantin pria datang ke upacara pewiwahan diiringi gending Ladrang, yaitu "Ladrang Wilujeng" atau Ladrang Rajamanggala

  2. Pengantin putri masuk ke upacara pawiwahan. Iringan gending yang digunakan adalah Ketawang Puspawarna atau Ketawang Sekartejo.


  3. Setelah pengantin pria sampai di depan pintu masuk yang telah ditentukan, pengantin pria berhenti. Selanjutnya pengantin putri berjalan menjemput pengantin pria sambil saling lempar sebuntel daun sirih, dengan di bimbing dukun nganten diiringi dengan gending "Kodok Ngorek" . Setelah nginjak telur dan membasuh kaki kedua mempelai
    berjalan masuk menuju kursi mempelai diiringi gending Ketawang Laras Maya hingga duduk di kursi pengantin. Antara gending Kodok ngorek ini biasanya langsung dilanjutkan gending Ketawang Laras Maya.


  4. Setelah mempelai duduk di kursi pelaminan, diadakan upacara adat Jawa. Antara lain Dahar Klimah atau Dulang-dulangan, Titik Pitik, Ngabekten atau Sungkeman. Pada acara ini biasanya diiringi gending Ladrang Sriwidodo,

Jika seluruh rangaian upacara adat jawa tersebut dilaksanakan, membutuhkan waktu sekitar 4 jam

Useful Resources:



Angelique S

I work as a web publisher for @dewiswedding. We specialize in wedding services and wedding equipment rental in Jakarta, Indonesia, providing a variety of wedding packages in Jakarta for weddings of all kinds and budgets. Whatever your dream wedding is, our experienced and friendly wedding planners will assist you in making it a reality.